Halaman

Jumat, 01 Oktober 2010

Probiotik VS Jajanan Anak Sekolah




Pernahkah kita memperhatikan atau sekedar mengamati tentang makanan apa yang sedang populer di kalangan anak sekolah? Bahkan, apabila kita melihat tayangan berita di televisi, jawaban yang lebih dominan adalah bahwa jenis makanan yang ‘tidak berkualitas’ justru lebih banyak digemari anak sekolah. Alasannya mungkin karena penampilan dan warna yang dibuat menarik, rasa yang gurih dan lezat, serta harga yang relatif lebih murah. Padahal, yang dimaksud ‘tidak berkualitas’ di sini adalah karena pada dasarnya makanan jajan tersebut bahkan tidak mengandung zat gizi yang seharusnya dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Parahnya, makanan jajanan yang biasanya dijual di depan sekolah atau di pinggir jalan tersebut justru mengandung kadar natrium dan kolesterol dalam jumlah tinggi. Bahkan, tidak sedikit makanan yang ditemukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan mengandung senyawa kimia berbahaya dalam pewarna, pengawet, atau pengenyal yang seharusnya tidak boleh terdapat di dalam makanan atau minuman. Kemudian, apabila senyawa – senyawa kimia tersebut dikonsumsi secara terus – menerus, maka dampak buruk bagi kesehatan lah yang akan terjadi.

Di sisi lain, Perkembangan teknologi dalam bidang makanan telah lama menemukan sebuah konsep mengenai pangan fungsional, yaitu bahan makanan yang tidak hanya mengandung zat gizi, tetapi juga mengandung zat nongizi atau komponen bioaktif yang apabila dikonsumsi secara rutin dapat memberikan efek menyehatkan dan dapat mencegah penyakit tertentu. Salah satu contoh makanan fungsional yang banyak dikembangkan saat ini adalah suplemen probiotik. Probiotik sendiri merupakan suplemen makanan yang berupa bakteri hidup non patogen ( bakteri baik ) , tidak toksik, tahan terhadap asam lambung dan hidup berkoloni dalam usus besar.

Usus besar manusia merupakan tempat tinggal dari 400 – 500 jenis bakteri yang berjumlah triliunan. Tidak semuanya baik, bahkan banyak sekali yang jahat. Apabila jumlah bakteri jahat sangat banyak dan mendominasi, maka yang terjadi adalah tubuh menjadi sakit. Peranan bakteri baik di sini adalah meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan bakteri penyebab penyakit, serta ikut bertindak dalam penyerapan dan pencernaan zat gizi. Lebih jauh lagi, beberapa penelitian telah membuktikan peranan probiotik dalam mencegah kanker, memproduksi vitamin terutama vitamin B, serta menurunkan kadar kolesterol dalam darah.

Tidak perlu bersusah payah untuk menemukan probiotik. Saat ini, produk makanan atau minuman yang mengandung probiotik semakin banyak jumlah maupun jenisnya, serta mudah ditemukan di pasaran. Beberapa yang terkenal adalah yoghurt dan susu fermentasi. Dalam produk ini, jenis probiotik yang sengaja dikembangbiakkan adalah Lactobacilllus dan Bifidobacteria. Selain pada yoghurt dan susu asam, probiotik juga dapat ditemukan dalam jenis makanan seperti Kimchi ( snack sayuran Korea ) dan Saurkraut. Bahkan probiotik ditemukan pula pada jenis bahan makanan khas Indonesia yang sangat digemari, selain karena harganya yang murah. Bahan makanan itu adalah tempe.

Ironisnya, begitu mudahnya menemukan sumber makanan atau minuman sumber probiotik, agaknya belum mampu mengalihkan perhatian anak – anak dari jajanan sekolah yang sering mereka beli. Dilihat dari segi harga, jelas bahwa yoghurt atau susu fermentasi memang lebih mahal dari makanan ringan, gorengan, siomay, atau es yang banyak dijual para pedagang di depan sekolah. Rasa khas susu atau yoghurt yang asam sepertinya ikut mempengaruhi selera anak, sehingga kebanyakan dari mereka enggan mengkonsumsinya. Namun, terlepas dari hal tersebut, susu asam atau produk sumber probiotik lainnya justru lebih banyak membawa dampak positif bagi kesehatan anak. Produk probiotik aman bagi tubuh, asal diproduksi secara tepat dan dengan pengawasan yang baik. Terlebih. sampai saat ini belum ditemukan adanya kasus keracunan akibat mengkonsumsi produk probiotik. Soal rasa, para produsen susu asam bahkan telah mengembangkan produknya dalam beberapa jenis rasa buah yang lebih disukai anak, dan seharusya hal ini dapat meningkatkan kesukaan anak pada produk kaya prebiotik ini.

Seandainya saja sebagian uang saku anak disisihkan untuk membeli paling tidak satu cup kecil yoghurt saja daripada harus digunakan untuk membeli produk makanan yang diragukan kualitasnya, yang ujungnya bahkan malah berdampak negatif bagi kesehatan, pastinya akan banyak anak – anak Indonesia yang memiliki pencernaan sehat, tubuh yang sehat dan terhindar dari serangan penyakit. Akan tetapi, hal ini dirasa masih sangat sulit dilakukan mengingat jumlah warga miskin di Indonesia yang cukup besar, dan tentu saja tidak mampu membeli produk yang terkesan mewah tersebut. Namun, jika dari pihak keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan anak akan makanan yang berkualitas, bagaimana apabila kebijakan diberikan kepada pihak sekolah? Pada dasarnya sekolah dapat mengawasi siswa – siswi mereka dalam memilih makanan atau jajanan yang mereka beli. Tindakan yang lebih tegas dapat dilakukan dengan melarang penjaja ‘ junk food ’ berjualan di lingkungan sekolah. Sebaliknya, kantin sekolah merupakan fasilitas yang sangat potensial dalam menyediakan makanan sehat bagi siswa. Alangkah baiknya apabila mereka juga menyediakan menu makanan kaya probiotik. Mungkin tidak perlu setiap hari, dan agaknya tidak perlu dijual mahal, karena keuntungan bukanlah yang utama apabila mereka sadar akan pentingnya makanan yang berkualitas bagi siswa.

Pengoptimalan kantin sekolah dalam memenuhi kebutuhan gizi para siswa menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga status kesehatan siswa yang dilakukan di lingkungan sekolah. Setidaknya hal ini dapat mengurangi atau bahkan mencegah siswa jajan sembarangan. Apabila hal itu terjadi, maka siapakah yang diuntungkan? Para siswa akan memiliki tubuh yang sehat kemudian akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dengan demikian, pihak sekolah akan memiliki anak didik yang berkualitas. Begitu juga orang tua. Adakah orang tua yang tidak merasa bahagia memiliki buah hati yang sehat, cerdas, dan membanggakan? Tentu tidak.



Posted by: Agustya Dewi Anggraini (Dikutip dari berbagai sumber)

[+/-]

Probiotik VS Jajanan Anak Sekolah