Bunga Hydrangeaku yang the one and only akhirnya punya teman baru. Seneng banget deh. Akhir Januari kemarin aku beli dua pohon lagi, jadi sekarang total ada tiga, ditambah beberapa tunas-tunas kecil yang lagi tumbuh.
Di Indonesia, bunga ini sering dikenal dengan sebutan bunga Panca Warna. No wonder.... Warnanya memang berubah-ubah, dari hijau muda, hijau kekuningan, biru, ungu, bahkan pink. Ada juga yang menyebutnya bunga Hortensia atau bunga Bokor. Nama latinnya adalah Hydrangea macrophylla. Kalau di Jepang, mereka menyebutnya bunga Ajisai. Yak, bunga ini konon memang berasal dari kawasan Asia Timur terutama Jepang. Tapi, jangan salah. Bunga ini sudah tersebar ke berbagai negara di dunia. Di Indonesia pun banyak dijumpai.
Dari beragamnya nama bagi bunga ini, aku sendiri lebih suka menyebutnya bunga Panca Warna atau Hydrangea. Panca Warna, karena terdengar lebih Indonesia. Hydrangea, terdengar indah dan keren. Tapi, agak susah juga nyebut Hydrangea dengan spelling bahasa Inggris. Hadeeh.
Bunga ini baguuuuus banget, apalagi kalau pas udah mekar dan berubah warna. Bunga ini terdiri dari bunga-bunga kecil yang berkelompok membentuk seperti bulatan besar. Katanya, bunga ini adalah simbol persahabatan. No wonder sih.... Di acara kawinan, bunga ini juga sering dijumpai, baik sebagai dekorasi, maupun buket bagi mempelai wanita. Kece banget. Biutipul.
Hydrangeaku yang paling gede, udah jadi biru
Menanam bunga ini di daerah cenderung berhawa panas seperti Kudus mungkin menjadi sebuah tantangan tersendiri. Bunga ini akan senang tumbuh di daerah sejuk tapi cukup matahari. Kalau di Indonesia, daerah Malang, Puncak, atau Dieng mungkin pas bagi tempat tinggal mereka. Tapi, bukan berarti bunga ini tidak bisa hidup di tempat panas. Aku menanam bunga ini juga bukan asal nekat. Aku cari referensi dulu dari berbagai sumber di internet. Mereka bilang Hydrangea bisa tumbuh di mana saja. Tapi, terhadap cuaca ekstrim, ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Kalau berada di daerah bersuhu panas, mungkin sebaiknya bunga ditanam di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung. Hydrangea tetap membutuhkan sinar matahari, khususnya matahari pagi. Jadi, tanam saja bunga ini di tempat yang cukup mendapatkan sinar matahari pagi, namun terlindung dari matahari siang.
Nah, mengatahui informasi itu, aku mencoba mempraktikkan. Awalnya, aku menanam bunga ini di dekat tembok pagar, karena menurutku terlindung dari angin. Aku menanamnya di bawah pohon rambutan, tujuannya agar tidak banyak terkena sinar matahari. Namun, setelah aku mengamati pergeseran matahari selama satu hari, aku menyadari bahwa tempat tanam Hydrangeaku belum pas. Di waktu pagi, bungaku tidak mendapatkan cukup sinar matahari. Sebaliknya, ketika siang lagi panas-panasnya, dia kena matahari yang menembus daun dan ranting-ranting rambutan. Akhirnya, aku pindahkan mereka ke tempat, yang menurutku lebih sesuai (masih di bawah pohon rambutan sih). Setelah kuamati, di tempat baru ini, dari pagi sampai jam 10-an lebih, Hydrangeaku bisa cukup mendapatkan sinar matahari. Dan, ketika siang hari, akibat pergeseran matahari, sinar yang menyengat tidak mengenai mereka secara langsung karena terlindung oleh dedaunan pohon. Keuntungan lainnya, di tempat baru ini bungaku dekat dengan kolam, jadi mungkin akan lebih sejuk kali yaaaa. hehehe.
Tempat lama. Mepet tembok
Di tempat baru (gak jauh dari tempat lama sih)
kolam ikan
Catatan lain. Sebaiknya tidak menanam bunga Hydrangea di dalam pot. Bunga ini akan tumbuh baik di tanah. Tanah tempat mereka hidup juga bisa menentukan warna bunga. Tanah yang bersifat asam akan menghasilkan bunga berwarna biru. Sebaliknya, tanah yang cenderung basa, akan menghasilkan bunga berwarna pink. Untuk bunga yang kutanam, mereka cenderung berwarna biru. Ada juga yang biru keunguan. Mungkin tanah kebunku bersifat netral cenderung asam kali yaaaa. Pengennya sih warna bunganya bisa deep blue gitu. hehehe.
Sesuai namanya, bunga ini menyukai air. Poin ini juga menjadi hal yang sangat kuperhatikan. Aku gak boleh lupa menyiram, terlebih kalau cuaca lagi kering dan panas. Tapi, (kata mereka yang berpengalaman), tidak boleh berlebihan dalam mengairi Hydrangea. Kelebihan air justru bisa mengakibatkan akar mudah membusuk, kemudian merusak bunga itu sendiri. Nah, makanya, beberapa waktu lalu aku bikin sebuah inovasi. hehehe. Penyiram bunga otomatis. Aaah, dibilang otomatis pun kayaknya kurang pas, karena aku mesti masukin airnya sendiri. Tapi, dengan alat ini, air yang keluar tidak langsung banyak, melainkan drip by drip. Aku kasih lubang di botolnya kecil banget (pakai jarum pentul yang ujungnya dibakar dulu). Dengan mengisi setengah botol dengan air, alat ini bisa meneteskan air selama lima jam lebih. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kelembaban tanah. Namun, setelah aku memindahkan bunga ini ke tempat baru, alat penyiram itu tidak kugunakan lagi. Alasannya, karena gak ada tempat buat gantungin itu. Hahaha. Yah, rajin-rajin ajah menyiramnya. Untungnya, sekarang masih musim hujan, jadi aku agak tertolong. Tanah kebun menjadi tidak kering.
Penyiram otomatis Poc*ri Swe*t
Oh ya. Saat ini, mungkin karena usianya yang masih muda dan sedang beradaptasi terhadap lingkungan baru, Hydrangeaku sering mengalami layu ketika siang. Sedih juga liatnyaaa. Tapi, untungnya, ketika mulai malam (ketika suhu udara menurun), mereka segar kembali. Mungkin, kalau sudah setahunan beradaptasi, mereka bakal terbiasa dengan lingkungan dan menjadi kuat. Harapanku sih, nantinya mereka akan rajin berbunga. Rencananya, aku masih ingin beli bunga ini lagi sampai agak banyak dan kelihatan indah di kebun. Karena, bunga kalau ditanam dalam jumlah banyak pasti akan bagus. Owyeah! :D
turning blue
Catatan tambahan:
Agak susah juga cari yang jualan Hydrangea di Kudus. Atau mungkin akunya ajah yang gak tau?? Hemm, I don't know. Aku beli bunga ini di Semarang, tepatnya di kawasan pedagang bunga di sekitar RS. dr. Kariadi. Deket kampusku. Lumayan. Hehehe. Harganya Rp. 22.500,- / pohon. Aku tawar jadi Rp. 20.000,- / pohon. Karena ukuran pohonnya lumayan gede, untuk membeli bunga ini, aku mesti ngepasin sama jadwal family kalo mau ke Semarang, jadi gampang bawa pulangnya. Gak perlu nenteng-nenteng di bis. Hehehehe.